Sejarah Berdirinya Kerajaan Safawi.
Peradaban Islam mulai bekembang di Persia sejak dinasti Abbasyiah di Baghdad mengalami kemunduran. Namun demikian, perkembangan peradaban Islam waktu itu, masih sebatas permulaan. Akan tetapi, perkembangan peradaban Islam di Persia dimulai sejak berdirinya kerajaan Safawi. kerajaan safawi di Persia baru berdiri Ketika kerajaan usmani sudah mencapai puncak kemajuannya. Kerajaan ini berkembang begitu cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan safawi sering bentrok dengan turki usmani.
Berbeda dari dua kerajaan besar Islam lainnya (Usmani dan Mughol), kerajaan Safawi menyatakan Syi’ah sebagai mazhab negara. Hal ini dikarenakan pemimpin pertama kerajaan Safawi yaitu Isma’il (1487-1524) menyatakan bahwa dirinya adalah sebagai sang imam tersembunyi, sebagai reingkarnasi dari Ali, dan sebagai simbul wujud dari ketuhanan. Oleh karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini.
Embrio lahirnya kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan Thariqat Safawiyah di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Thariqat tersebut sebagaimana namanya didirikan oleh Syaikh Safi Al-Din Ishak Al-Ardabily (1252-1334 M). Seorang sufi sunni yang menjadi guru agama yang lahir dari sebuah keluarga Kurdi di Iran Utara.
Safi Al-Din berasal dari keturunan keluarga yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari imam syi’ah yang keenam, Musa Al-Khazim. Gurunya benama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Jahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, beliau diambil menantu oleh gurunya sendiri.
Safi Al-Din mendirikan Thariqat Safawiyah setelah menggantikan guru yang sekaligus mertuanya (w. 1301 M). Dikarenakan pengikutnya sangat teguh memegang ajaran agama, Thariqat Safawiyah memiliki tujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan para ahli bid’ah. Perubahan bentuk Thariqat yang mulanya pengajian tasawuf murni menjadi sebuah gerakan keagamaan menjadikan gerakan ini semakin penting. Gerakan keagamaan tersebut mempunyai pengaruh besar di Persia, Syria, dan Anatolia yang dikepalai para mursyid. Sedangkan di luar negeri Ardabil, ia menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-muridnya dengan gelar khalifah.
Pada masa kepemimpinan Sadr al-Din (1334-1391) Putra Safi Al-Din. Tharikat Safawiyah menjadi sebuah organisasi yang secara politik dan hirarkis sangat sensitif, dan cukup kaya. Ia adalah seorang pemimpin thariqat yang pertama kali mengklaim sebagai keturunan Nabi. Ia menyebarkan keluarganya di Ardabil, melengkapi mereka dengan pendidikan dan tempat tinggal, serta memperluas kegiatan pergerakan misionarinya. Ia mengorganisir hirarki para mursyid dan para khalifah, serta mengepalai para misionari, asisten, murid, dan anggota.
Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya sering menimbulkan keinginan di kalangan para penganutnya untuk berkuasa. Karena itu, lama-kelamaan Tharikat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik, dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang yang bermazhab syiah. Terbukti dengan adanya beberapa peperangan melawan Kristen segera dialihkan untuk melawan beberapa negara muslim yang tengah berdiri pada saat itu, yang mana ia mengklaim sebagai rezim-rezim kafir.
Dalam dekade 1447 – 1501 M atau pada abad kelima belas, Gerakan Safawiyah dengan cerdiknya memanfaatkan kesempatan atas hancurnya rezim Timuriyah dan berakhirnya konflik kesukuan dengan mengalikan kegiatan misionari kepada sikap militan. Sehingga gerakan safawi pada saat itu menjadi sebuah kekuatan politik yang sangat berpengaruh di bagian Barat Laut Iran, dan bagian Timur Anatolia.
Seperti mendapatkan angin segar, gerakan militan Safawi berwujud konkrit pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460), seorang mursyid pertama yang menekankan pentingnya jihad. Dinasti safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara junaed dengan Kara Konyulu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut, junaed kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat pelindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK-Konyulu (domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Selama dalam pengasingan, junaed tidak tinggal diam. Ia mala dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M junaed mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460 M ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Kebijakan safawiyah yang lebih militan bergatung kepada rekruitmen secara aktif terhadap sejumlah individu dari dan terhadap kepala-kepala suku dan uymaq. Selain itu Syaikh Junaed bergabung dengan sejumlah keluarga penguasa lokal untuk membentuk persekuatuan militer dan untuk merekrut seluruh suku untuk mendukung pihaknya. Orang yang direkrut dinamakan Qizilbash, sebuah nama yang berasal dari nama baret merahnya yang khas, yang menegaskan bahwasanya mereka pengikut dan pejuang setia gerakan safawiyah.
Kepemimpinan Juneid kemudian dilanjutkan Haidar yang masih kecil dan dalam asuhan Uzun Hasan. Karena itu kepemimpinan gerakan diserahkan padanya secara resmi pada tahun 1470 M. hubungan Haidar dan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawian ini lahirlah Ismail yang di kemudian hari menjadi pendiri kerajaan safawi di Persia.
Kemenangan AK Konyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Konyunlu membuat gerakan militer yang dipimpin oleh Haidar dianggap sebagai rifal politik yang dapat menghalaginya dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Terbukti mereka mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan yang diserang oleh pasukan Safawi. Sehingga pasukan pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan tersebut.
Ali (putra dan pengganti Haidar), karena desakan dari bala tentaranya berusaha menuntut balas atas kematian ayahnya terhadap AK Koyunlu. Tetapi Ya’kub pimpinan AK Koyunlu berhasil menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya Ibrahim dan Ismail, serta ibunya di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493). Mereka dibebaskan oleh Rustam (putra mahkota AK Koyunlu) dengan syarat bersedia membantu memerangi saudara sepupunya. Setelah syarat tersebut terpenuhi, Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara di Ardabil. Ali terbunuh dalam serangan tersebut.
Kepemimpinan gerakan safawi selanjutnya berada di tangan Ismail yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail dan pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syria, dan Anatolia. Pasukan ini bernama Qizilbash. Pada pasukan Qizilbash ini topinya dilengkapi dengan 12 rumbai yang memiliki makna Syi'ah Isna 'Asyariyah (Dua Belas Imam) mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan sifat fanatisme dan militansi para pengikut Syi'ah dengan pemimpinnya.
Di bawah pimpinan Ismail pada tahun 1501 M, pasukan qizilbash menyerang dan mengalakan AK Koyunlu di Sharur, dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini ismail memproklamasikan berdirinya kerajaan safawi dengan dirinya sebagai raja pertama dinasti safawi dan menetapkan Syi'ah Dua Belas sebagai agama resmi kerajaan Safawi. Ia disebut juga ismail I.
Dengan diproklamasikannya kerajaan Safawi sebagai kerajaan dan ditetapkan pula Syi'ah sebagai agama kerajaan maka merdekalah Persia dari pengaruh dari kerajaan Usmani dan kekuatan asing lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka, 1981, Sejarah Umat Islam, Jilid III, Cet. IV (Jakarta: Bulan Bintang)
Lapidus, Ira M. 1999, A History of Islamic Society, penerjemah Gufron A. Mas’adi, Sejarah Sosial Umat Islam, Ed. I. Cet I (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada)
Mahmudunnasir, Syed, 2005, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Cet IV (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
Yatim, Badri, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Cet I (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada)
http//www.sejarahperadabanislam/safawi/kerajaan_safawi.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar